Akalasia merupakan kondisi langka pada sistem
pencernaan yang memengaruhi kerongkongan, menyulitkan makanan dan cairan bergerak ke lambung. Penyakit ini terjadi ketika otot-otot di dinding kerongkongan tidak berfungsi dengan baik, yang menyebabkan gangguan dalam proses menelan dan pencernaan. Meskipun akalasia dapat dialami oleh siapa saja, kondisi ini lebih umum terjadi pada orang dewasa muda hingga paruh baya.
Apa itu Akalasia?
Definisi dan Penyebab Akalasia
Akalasia adalah suatu kelainan yang terjadi pada kerongkongan, yaitu saluran yang menghubungkan mulut dengan lambung. Penyakit ini menyebabkan gangguan motilitas atau pergerakan otot pada kerongkongan, yang berperan dalam mendorong makanan ke lambung. Sebagai akibatnya, makanan dan cairan terperangkap di kerongkongan dan tidak dapat masuk ke lambung dengan mudah.
Penyebab pasti dari akalasia belum sepenuhnya dipahami, tetapi banyak ahli beranggapan bahwa kondisi ini berkaitan dengan gangguan pada sistem saraf otonom, yang mengatur pergerakan otot-otot tubuh. Kerusakan pada saraf parasimpatis yang mengendalikan proses menelan bisa menjadi faktor penyebab utama. Beberapa faktor genetik atau autoimun juga mungkin memiliki peran dalam perkembangan akalasia, meskipun hal ini sangat jarang.
Gejala Utama Akalasia
Gejala utama dari akalasia adalah kesulitan menelan makanan atau cairan, yang dikenal sebagai disfagia. Penderita sering merasakan sensasi makanan tersangkut di kerongkongan. Selain itu, gejala lain yang biasa muncul antara lain:
Rasa nyeri atau ketidaknyamanan di dada
Muntah setelah makan
Penurunan berat badan akibat kesulitan makan
Batuk atau suara serak, khususnya saat berbaring
Regurgitasi (makanan yang kembali ke mulut setelah ditelan)
Gejala-gejala ini dapat berkembang secara bertahap, dan terkadang bisa disalahartikan dengan masalah pencernaan lainnya, sehingga membuat diagnosis akalasia menjadi sulit.
Diagnosis dan Pengobatan Akalasia
Cara Mendiagnosis Akalasia
Menentukan apakah seseorang menderita akalasia memerlukan pemeriksaan medis yang teliti. Beberapa tes yang sering digunakan untuk mendiagnosis akalasia meliputi:
Manometri esofagus: Tes ini mengukur tekanan dan gerakan otot di kerongkongan untuk mengetahui apakah pergerakan otot terjadi dengan benar.
Endoskopi: Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan alat kecil ke dalam kerongkongan untuk memeriksa kondisi saluran pencernaan dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain.
Radioskopi barium: Pemeriksaan ini melibatkan pengambilan gambar X-ray setelah pasien menelan larutan barium untuk melihat apakah ada hambatan dalam pergerakan makanan.
Pengobatan Akalasia
Meskipun akalasia tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, terdapat berbagai metode pengobatan yang dapat membantu mengelola gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Beberapa pilihan pengobatan meliputi:
Penggunaan obat-obatan: Obat-obatan seperti nitrates atau calcium channel blockers dapat membantu melemaskan otot-otot di kerongkongan, yang membantu memperbaiki proses menelan.
Pembedahan: Salah satu pendekatan yang lebih permanen adalah myotomy, yaitu prosedur bedah untuk memotong otot di ujung kerongkongan guna memperbaiki aliran makanan ke lambung.
Dilatasi pneumatik: Ini adalah prosedur non-bedah yang melibatkan penggunaan balon untuk melebarkan bagian yang menyempit dari kerongkongan, sehingga membantu makanan bergerak lebih lancar.
Selain itu, terapi pelengkap seperti perubahan pola makan atau terapi psikologis mungkin juga diperlukan untuk mendukung pasien dalam menghadapi kondisi ini.
Kehidupan dengan Akalasia: Mengelola Gejala
Mengadopsi Gaya Hidup Sehat
Meskipun akalasia dapat memengaruhi kualitas hidup, banyak individu yang menderita kondisi ini mampu menjalani kehidupan yang cukup normal dengan pengelolaan yang baik. Mengubah kebiasaan dalam konsumsi makanan, seperti mengonsumsi dalam porsi kecil atau mengunyah lebih lama, bisa membantu mempermudah proses menelan. Menghindari makanan yang sangat keras atau sulit untuk dicerna juga sangat dianjurkan.
Selain itu, terapi fisik atau latihan tertentu yang bertujuan untuk melatih otot kerongkongan serta teknik pernapasan juga dapat membantu mengurangi gejala.
Dukungan Emosional
Akalasia dapat memberikan pengaruh emosional, karena pasien sering kali merasa terasing akibat kesulitan dalam makan dan menjalani gaya hidup yang berbeda dari orang lain. Oleh karena itu, dukungan dari keluarga, teman, dan bahkan kelompok dukungan bisa sangat berharga untuk membantu pasien.