Alkaptonuria: Penyakit Genetik Langka yang Mengubah Warna Urin

Alkaptonuria adalah penyakit genetik yang jarang terjadi

dan berdampak pada cara tubuh mengolah sejumlah asam amino khusus, yaitu fenilalanin dan tirosin. Penyakit ini disebabkan oleh kelainan pada gen yang bertugas mengendalikan produksi enzim homogentisate 1,2-dioxygenase (HGD). Ketidakcukupan enzim ini mengakibatkan akumulasi zat bernama asam homogentisat (HGA) dalam tubuh, yang menghasilkan berbagai gejala, terutama pada tulang, sendi, dan urin.

Salah satu ciri khas dari alkaptonuria adalah urin yang

berubah menjadi cokelat tua atau hitam saat terpapar udara. Penyakit ini juga dikenal sebagai “ochronosis,” karena menyebabkan perubahan warna pada jaringan tubuh akibat penumpukan pigmen HGA.
Penyebab dan Mekanisme Alkaptonuria
Penyebab Genetik
Alkaptonuria diturunkan secara autosom resesif, yang berarti seseorang perlu mewarisi dua salinan gen yang mengalami kerusakan (satu dari setiap orang tua) agar penyakit ini muncul. Jika hanya ada satu salinan gen yang rusak, individu tersebut menjadi pembawa tanpa menunjukkan gejala.
Gangguan Metabolisme
Dalam kondisi normal, tubuh memecah fenilalanin dan tirosin melalui serangkaian reaksi kimia yang melibatkan sejumlah enzim. Pada penderita alkaptonuria, enzim HGD tidak berfungsi secara optimal, sehingga asam homogentisat tidak dapat dipecah lebih lanjut. Akibatnya:
HGA terakumulasi dalam jaringan tubuh termasuk tulang rawan, kulit, dan berbagai organ.
HGA juga dikeluarkan melalui urin dan berubah menjadi gelap akibat oksidasi saat terkena udara.
Gejala dan Komplikasi
Gejala Awal
Gejala alkaptonuria biasanya tidak muncul hingga usia 20 hingga 30 tahun. Namun, salah satu indikator awal yang mungkin terlihat sejak masa bayi adalah urin yang berwarna gelap ketika dibiarkan.
Gejala lain yang mungkin muncul seiring waktu antara lain:
Nyeri sendi dan kekakuan, terutama pada tulang belakang dan lutut.
Perubahan warna kulit dan sklera mata menjadi keabu-abuan atau kehitaman.
Batu ginjal dan gangguan saluran kemih akibat akumulasi HGA.
Gangguan jantung, berupa pengerasan katup jantung.
Masalah pernapasan akibat pengerasan tulang rawan.
Ochronosis
Seiring berjalannya waktu, akumulasi pigmen HGA dalam jaringan mengarah pada kondisi yang disebut ochronosis, yang ditandai dengan penggelapan jaringan tubuh. Tulang rawan di telinga dan hidung dapat menjadi kehitaman, sementara sendi-sendi mulai mengalami kerusakan kronis yang mirip dengan osteoartritis.
Diagnosis dan Pengobatan
Cara Mendiagnosis
Alkaptonuria umumnya didiagnosis melalui:
Uji urin untuk mengukur kadar asam homogentisat.
Uji genetik untuk mendeteksi mutasi dalam gen HGD.
Pemeriksaan klinis untuk mengamati gejala fisik, seperti perubahan warna jaringan.
Penanganan dan Pengobatan
Saat ini, belum ada terapi yang mampu menyembuhkan alkaptonuria sepenuhnya. Namun, beberapa metode telah diterapkan untuk mengurangi gejala serta memperlambat kerusakan jaringan:
Mengadopsi diet rendah protein (fenilalanin dan tirosin) untuk mengurangi produksi HGA.
Penggunaan obat nitisinone, yang dapat menurunkan jumlah HGA dalam tubuh (namun harus dalam pengawasan ketat).
Mengonsumsi vitamin C dosis tinggi sebagai antioksidan untuk menghambat akumulasi pigmen.
Melakukan terapi fisik dan manajemen nyeri guna menjaga mobilitas sendi.
Pelaksanaan prosedur operasi penggantian sendi untuk menangani kerusakan sendi yang parah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *