Choriocarcinoma merupakan jenis kanker yang jarang
terjadi, yang muncul dari jaringan yang biasanya membentuk plasenta saat kehamilan. Kanker ini dapat muncul setelah kehamilan yang normal, keguguran, atau kelahiran janin yang tidak hidup. Choriocarcinoma termasuk dalam kategori tumor trofoblastik gestasional, yang berasal dari sel trofoblas, yaitu sel yang membentuk lapisan luar embrio dan plasenta.
Kanker ini umumnya terjadi pada wanita yang baru saja
melahirkan atau mengalami keguguran. Walaupun termasuk jarang, choriocarcinoma sangat agresif dan dapat dengan cepat menyebar ke organ lain seperti paru-paru, hati, atau otak.
Gejala Choriocarcinoma
Choriocarcinoma seringkali berkembang tanpa menunjukkan gejala yang jelas di awal. Namun, seiring berjalannya waktu, gejala bisa mulai terlihat, sehingga penting bagi wanita untuk memperhatikan tanda-tanda yang mungkin mengindikasikan kondisi ini.
Gejala Awal
Beberapa tanda yang mungkin muncul pada wanita dengan choriocarcinoma meliputi:
Perdarahan vagina: Salah satu ciri utama choriocarcinoma adalah perdarahan vagina yang tidak biasa setelah kehamilan, keguguran, atau melahirkan bayi yang telah mati. Perdarahan ini mungkin terjadi beberapa minggu atau bulan setelah kejadian tersebut.
Peningkatan kadar hormon hCG: Hormon human chorionic gonadotropin (hCG) biasanya tinggi selama kehamilan. Pada choriocarcinoma, kadar hCG dapat tetap tinggi meskipun kehamilan telah berakhir.
Nyeri panggul: Rasa sakit atau ketidaknyamanan di area panggul juga dapat menjadi sinyal adanya masalah pada plasenta atau jaringan terkait, termasuk choriocarcinoma.
Pusing atau kelelahan: Kehilangan darah yang signifikan akibat perdarahan yang tidak terkontrol bisa menyebabkan rasa pusing, kelelahan, atau bahkan pingsan.
Mual dan muntah: Ini bisa muncul akibat penyebaran kanker ke organ lain atau peningkatan kadar hormon.
Gejala Lanjutan
Jika kanker menyebar ke organ lain, gejala tambahan dapat muncul, seperti:
Sesak napas atau batuk jika kanker telah menular ke paru-paru.
Nyeri perut atau pembengkakan jika kanker menyebar ke hati atau sistem pencernaan.
Sakit kepala atau gangguan penglihatan jika kanker menyebar ke otak.
Penyebab dan Faktor Risiko Choriocarcinoma
Choriocarcinoma terjadi ketika sel trofoblas dalam plasenta berkembang secara abnormal, sehingga memungkinkan terjadinya sel kanker. Meskipun penyebab tepat dari kanker ini belum sepenuhnya dipahami, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan kemungkinan seorang wanita mengembangkan choriocarcinoma.
Faktor Risiko
Kehamilan molar: Kehamilan molar adalah kondisi di mana plasenta berkembang menjadi tumor kistik yang abnormal, yang bisa meningkatkan risiko munculnya choriocarcinoma setelahnya.
Kehamilan sebelumnya: Wanita yang pernah mengalami choriocarcinoma setelah kehamilan normal atau molar memiliki peluang lebih besar untuk mengembangkan kanker ini pada kehamilan berikutnya.
Usia: Wanita yang lebih muda atau lebih tua dapat memiliki risiko lebih tinggi terkena choriocarcinoma, meskipun ini tidak selalu menjadi faktor yang signifikan.
Keguguran berulang: Wanita yang sering mengalami keguguran atau kehamilan yang berakhir dengan kematian janin juga lebih berisiko untuk mengembangkan choriocarcinoma.
Riwayat keluarga: Meskipun jarang, adanya riwayat keluarga yang memiliki tumor trofoblastik atau kanker serupa bisa meningkatkan risiko terkena choriocarcinoma.
Diagnosis dan Pengobatan Choriocarcinoma
Diagnosis Choriocarcinoma
Diagnosis choriocarcinoma mencakup beberapa langkah, yang biasanya melibatkan:
Pemeriksaan fisik: Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari gejala yang mencurigakan, seperti perdarahan atau pembengkakan.
Tes darah: Memeriksa kadar hormon hCG dalam darah merupakan salah satu indikator utama. Peningkatan kadar hCG yang tidak normal setelah kehamilan bisa menjadi pertanda adanya choriocarcinoma.
USG atau CT scan: Pemindaian menggunakan ultrasonografi atau CT scan dapat dilakukan untuk mengecek adanya tumor atau penyebaran sel kanker ke organ lainnya.
Biopsi: Prosedur biopsi terhadap jaringan plasenta atau tumor yang terdeteksi dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis apakah itu adalah choriocarcinoma atau jenis tumor trofoblastik lainnya.
Pengobatan Choriocarcinoma
Tindakan pengobatan untuk choriocarcinoma sangat bergantung pada sejauh mana kanker telah berkembang dan sebarannya. Beberapa metode pengobatan yang sering diterapkan meliputi:
Kemoterapi: Kemoterapi dianggap sebagai pengobatan utama untuk choriocarcinoma. Obat-obatan kemoterapi diberikan untuk menghancurkan sel kanker. Pengobatan ini sering kali efektif, terutama bila kanker ditemukan pada tahap awal.
Histerektomi: Pada situasi tertentu, apabila kanker hanya terfokus di area rahim, dokter mungkin akan menyarankan pengangkatan rahim (histerektomi) sebagai cara untuk menghilangkan tumor secara permanen.
Pencabutan Plasenta: Jika terjadi kehamilan molar terlebih dahulu dan diikuti dengan choriocarcinoma, prosedur pengangkatan plasenta dan jaringan terkait akan dilakukan.
Radioterapi: Dalam kasus di mana kanker telah menyebar ke organ lain, radioterapi dapat digunakan untuk membunuh sel kanker yang terlokalisasi.
Perawatan Paliatif: Untuk situasi yang lebih serius atau jika pengobatan biasa tidak berhasil, perawatan paliatif dapat diberikan untuk mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Prognosis
Prognosis untuk choriocarcinoma sangat dipengaruhi oleh stadium kanker saat diagnosis. Jika kanker ditemukan pada tahap awal dan masih terbatas di rahim, kemungkinan untuk sembuh sangat besar dengan kemoterapi. Namun, jika kanker sudah menyebar ke organ lainnya, pengobatan akan lebih rumit dan prognosis mungkin kurang baik. Meskipun demikian, tingkat kesembuhan untuk choriocarcinoma yang terdeteksi lebih awal cukup tinggi, banyak pasien yang berhasil melanjutkan hidup tanpa kambuh setelah menjalani pengobatan.