Dermatomiositis merupakan kondisi yang jarang terjadi,
yang memengaruhi kulit dan otot, ditandai dengan kelemahan otot serta munculnya ruam pada kulit. Walaupun kasusnya tidak umum, penyakit ini dapat mengganggu kualitas hidup penderitanya apabila tidak ditangani dengan cepat. Artikel ini akan menjelaskan secara rinci tentang dermatomiositis, termasuk penyebab, gejala, dan metode pengobatannya.
Apa Itu Dermatomiositis?
Definisi dan Karakteristik Dermatomiositis
Dermatomiositis adalah kondisi autoimun yang menyebabkan peradangan pada otot dan kulit. Meski dapat menyerang siapa saja, penyakit ini lebih sering dijumpai pada wanita dewasa dan anak-anak, terutama pada rentang usia 40 hingga 60 tahun. Gelaja utama dari dermatomiositis adalah kelemahan otot disertai ruam berwarna merah keunguan yang biasanya muncul di area sekitar wajah, leher, dada, dan punggung.
Kondisi ini termasuk dalam kategori penyakit jaringan ikat, yang berpengaruh terhadap sistem imun dan menyebabkan peradangan pada jaringan yang sehat, terutama di otot dan kulit.
Penyebab Dermatomiositis
Apa yang Menyebabkan Dermatomiositis?
Dermatomiositis adalah penyakit autoimun, yang berarti bahwa sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan sehat, dalam hal ini otot dan kulit. Penyebab pasti dari dermatomiositis masih belum sepenuhnya jelas, tetapi beberapa faktor diketahui dapat mengarah kepada pengembangan penyakit ini:
Faktor Genetik: Terdapat indikasi bahwa faktor keturunan dapat berpengaruh terhadap kemungkinan seseorang terkena dermatomiositis. Mereka yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan autoimun lain cenderung memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kondisi ini.
Faktor Lingkungan: Beberapa pemicu dari lingkungan, seperti terlalu banyak terpapar sinar matahari, infeksi virus atau bakteri, atau konsumsi obat-obatan tertentu, dapat memperparah kondisi atau menyebabkan timbulnya gejala dermatomiositis.
Penyakit Lain: Dermatomiositis bisa muncul bersamaan dengan penyakit lain, seperti kanker, khususnya kanker ovarium, paru-paru, atau payudara. Dalam situasi ini, dermatomiositis sering diangap sebagai sindrom paraneoplastik, yang berkaitan dengan kanker.
Kelainan Sistem Kekebalan Tubuh: Pada individu yang terkena dermatomiositis, sistem kekebalan tubuh keliru menyerang jaringan otot dan kulit yang sehat. Hal ini memicu peradangan dan kerusakan pada sel-sel otot serta pembuluh darah di kulit.
Gejala Dermatomiositis
Tanda dan Gejala Dermatomiositis
Gejala dari dermatomiositis dapat bervariasi dalam tingkat keparahan, dan umumnya muncul secara bertahap. Beberapa gejala umum yang sering dialami oleh penderita dermatomiositis meliputi:
Kelemahan Otot: Gejala yang paling mencolok dari dermatomiositis adalah kelemahan otot, terutama pada otot besar seperti otot paha, panggul, bahu, dan leher. Kelemahan ini dapat membatasi pasien dalam bergerak atau melakukan aktivitas sehari-hari, seperti menaiki tangga, berdiri, atau mengangkat benda.
Ruam Kulit: Penderita dermatomiositis sering kali mengalami ruam berwarna merah atau ungu di area sekitar kelopak mata, pipi, hidung, bagian atas dada, dan punggung. Ruam ini bisa terasa gatal dan mungkin memburuk jika terkena sinar matahari.
Nyeri dan Kelelahan: Selain kelemahan otot, penderita dermatomiositis sering merasakan kelelahan yang sangat parah dan nyeri di otot yang terkena. Nyeri ini bisa diibaratkan seperti nyeri otot biasa atau kram.
Perubahan pada Kuku: Beberapa orang dengan dermatomiositis mungkin mengalami perubahan pada kuku, seperti kuku yang menjadi rapuh, adanya garis gelap, atau kuku yang terlihat terangkat.
Kesulitan Menelan atau Berbicara: Jika otot di sekitar tenggorokan dan kerongkongan terlibat, penderita dermatomiositis bisa mengalami kesulitan saat menelan atau berbicara.
Pengobatan Dermatomiositis
Bagaimana Cara Mengobati Dermatomiositis
Pengobatan dermatomiositis bertujuan untuk menurunkan peradangan, meningkatkan kekuatan otot, dan mengelola gejala. Meskipun belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan dermatomiositis sepenuhnya, terdapat beberapa strategi yang bisa membantu mengelola kondisi ini:
Penggunaan Kortikosteroid: Obat kortikosteroid seperti prednison sering digunakan untuk menurunkan peradangan serta meningkatkan kekuatan otot pada pasien dermatomiositis. Penggunaan obat ini harus diawasi secara ketat oleh dokter untuk menghindari efek samping yang berkepanjangan.
Obat Imunosupresan: Jika kortikosteroid tidak memberikan hasil yang memadai, dokter mungkin akan meresepkan obat imunosupresan seperti azathioprine atau methotrexate. Obat-obatan ini berfungsi dengan menekan sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif.
Fisioterapi: Terapi fisik dapat membantu mengatasi kelemahan otot dan meningkatkan fleksibilitas. Fisioterapis akan membuat rencana latihan yang sesuai dengan kemampuan fisik pasien untuk memperkuat otot dan meningkatkan kemampuan bergerak.
Perawatan Kulit: Untuk mengatasi ruam kulit, dokter mungkin akan meresepkan salep seperti krim kortikosteroid. Di samping itu, menghindari sinar matahari langsung dan menggunakan pelindung kulit seperti tabir surya juga sangat penting.
Terapi Oksigen dan Perawatan Lainnya: Pada pasien dermatomiositis yang mengalami masalah pernapasan, terapi oksigen atau ventilasi mekanik mungkin diperlukan untuk mempermudah pernapasan.
Pencegahan dan Prognosis
Apa yang Bisa Dilakukan untuk Mencegah Dermatomiositis
Meski tidak ada cara pasti untuk mencegah dermatomiositis, beberapa tindakan pencegahan bisa membantu menurunkan risiko dan memperlambat perkembangan penyakit:
Menghindari Pemicu Lingkungan: Menghindari paparan berlebihan terhadap sinar matahari, infeksi, atau penggunaan obat-obatan tertentu yang diketahui dapat memicu dermatitis sebaiknya dilakukan untuk menurunkan kemungkinan terjadinya kekambuhan.
Pemantauan Kesehatan Rutin: Orang yang menderita dermatomiositis harus menjalani pemeriksaan secara berkala untuk mendeteksi tanda-tanda komplikasi, terutama yang berhubungan dengan organ dalam atau kanker yang mungkin terkait dengan kondisi ini.