
Hepatitis D, yang juga dikenal sebagai hepatitis delta,
adalah infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV). Virus ini berbeda dari yang lain karena hanya dapat menginfeksi individu yang sudah terjangkit virus hepatitis B (HBV). Infeksi hepatitis D dapat memperburuk kesehatan hati dan mempercepat proses perkembangan penyakit kronis, seperti sirosis dan kanker hati.
Apa Itu Hepatitis D dan Cara Penularannya
Hepatitis D adalah virus yang memerlukan virus hepatitis B agar bisa bereproduksi. Oleh karena itu, seseorang hanya bisa terinfeksi hepatitis D jika sudah terinfeksi hepatitis B, baik itu melalui infeksi sekaligus (coinfection) atau infeksi tambahan (superinfection).
Cara Penularan Hepatitis D
Kontak dengan darah atau cairan tubuh: Mirip dengan hepatitis B, HDV dapat menular melalui darah yang terkontaminasi, hubungan seksual yang tidak aman, atau penggunaan jarum suntik secara bersamaan.
Infeksi bersamaan hepatitis B: Karena virus HDV memerlukan HBV untuk bertahan, seseorang harus sudah terinfeksi hepatitis B terlebih dahulu untuk mendapatkan hepatitis D.
Penularan vertikal: Dari ibu ke anak saat proses persalinan, meskipun kasus ini lebih jarang terjadi.
Hepatitis D lebih umum dijumpai di area dengan tingkat infeksi hepatitis B yang tinggi, seperti beberapa daerah di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan.
Gejala Hepatitis D yang Harus Diwaspadai
Gejala hepatitis D mirip dengan gejala hepatitis B, namun cenderung lebih serius dan dapat merusak hati dengan cepat.
Tanda dan Gejala Umum
Kelelahan dan rasa tidak enak badan
Demam ringan
Nyeri di bagian kanan atas perut
Nafsu makan berkurang, mual, dan muntah
Kulit serta mata menjadi kuning (ikterus)
Urine berwarna gelap dan feses terlihat pucat
Pembesaran hati (hepatomegali)
Infeksi hepatitis D juga memperbesar kemungkinan pengembangan sirosis dan kanker hati lebih cepat dibandingkan hanya infeksi hepatitis B.
Diagnosis dan Penanganan Hepatitis D
Diagnosis yang cepat dan akurat sangat penting agar pengobatan bisa dilakukan sebelum terjadi kerusakan hati yang serius.
Cara Diagnosis
Tes darah khusus: Mengidentifikasi adanya antibodi anti-HDV atau RNA HDV untuk memastikan adanya infeksi.
Tes fungsi hati: Untuk menilai kesehatan dan kerusakan hati.
Pemeriksaan hepatitis B: Karena HDV hanya ditemukan pada pasien yang mengidap hepatitis B.
Pengobatan dan Pencegahan
Pengobatan antivirus: Hingga saat ini belum tersedia obat khusus yang efektif untuk hepatitis D. Pengobatan lebih berfokus pada pengendalian hepatitis B dan perawatan pendukung untuk hati.
Interferon alfa: Kadang-kadang digunakan untuk memperlambat progresi penyakit pada beberapa pasien.
Vaksin hepatitis B: Cara paling efektif untuk mencegah hepatitis D adalah dengan mencegah hepatitis B melalui vaksinasi.
Hindari faktor risiko: Seperti berbagi jarum suntik dan hubungan seksual tanpa pelindung.