
Herpangina adalah salah satu penyakit infeksi yang umum terjadi pada anak-anak, namun juga dapat mempengaruhi orang dewasa. Penyakit ini disebabkan oleh virus dan biasanya menyebabkan gejala berupa luka di mulut dan tenggorokan yang cukup mengganggu. Memahami berbagai aspek tentang herpangina sangat penting agar penanganan dan pencegahan dapat dilakukan secara tepat. Artikel ini akan membahas secara lengkap mengenai pengertian, gejala, faktor risiko, diagnosis, perbedaan dengan penyakit lain, dampak terhadap kesehatan, pengobatan, pencegahan, serta kapan harus berkonsultasi ke dokter. Dengan pengetahuan yang tepat, diharapkan masyarakat dapat lebih waspada dan menjaga kesehatan diri serta keluarga dari herpangina.
Pengertian Herpangina dan Penyebab Utamanya
Herpangina adalah infeksi virus yang menyebabkan munculnya luka di bagian belakang mulut dan tenggorokan. Penyakit ini umumnya menyerang anak-anak berusia 3 hingga 10 tahun, tetapi tidak menutup kemungkinan juga terjadi pada orang dewasa. Herpangina termasuk dalam kelompok penyakit yang disebabkan oleh virus enterovirus, terutama virus Coxsackie tipe A dan B, serta beberapa virus lain dari keluarga Picornaviridae. Virus ini menyebar melalui kontak langsung dengan cairan dari luka, saliva, atau feses yang terkontaminasi.
Penyebab utama herpangina adalah penularan virus dari orang ke orang melalui droplet saat batuk, bersin, atau berbicara. Selain itu, virus juga dapat menyebar melalui benda-benda yang terkontaminasi seperti mainan, peralatan makan, dan permukaan yang sering disentuh. Setelah terpapar virus, masa inkubasi biasanya berlangsung selama 3-6 hari sebelum gejala muncul. Herpangina cenderung menyebar dengan cepat di lingkungan yang padat dan kurang menjaga kebersihan.
Virus yang menyebabkan herpangina sangat resisten terhadap lingkungan dan mampu bertahan di suhu tertentu, sehingga memudahkan penyebarannya. Anak-anak yang bersekolah di tempat penitipan anak, taman kanak-kanak, atau sekolah dasar sangat rentan tertular. Selain itu, faktor kebersihan diri yang kurang dan kebiasaan berbagi alat makan juga meningkatkan risiko penularan penyakit ini.
Herpangina berbeda dengan penyakit mulut lain seperti herpes oral maupun stomatitis aphtosa, meskipun memiliki gejala yang serupa. Oleh karena itu, penting untuk memahami penyebab utama dari herpangina agar pengobatan dan pencegahan dapat dilakukan secara efektif. Pencegahan utama adalah menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan, serta mengurangi kontak langsung dengan penderita yang sedang aktif.
Secara umum, herpangina tidak menyebabkan komplikasi serius jika ditangani dengan tepat dan cepat. Akan tetapi, jika tidak diobati, infeksi dapat menyebabkan dehidrasi dan ketidaknyamanan yang berkepanjangan. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang penyebab utama sangat penting untuk mengendalikan penyebarannya di masyarakat.
Gejala Umum yang Muncul pada Kasus Herpangina
Gejala herpangina biasanya muncul secara tiba-tiba dan cukup khas. Pada tahap awal, penderita biasanya mengalami demam tinggi, yang dapat mencapai suhu 38-39°C, disertai rasa tidak nyaman dan lemas. Selain itu, munculnya nyeri tenggorokan dan kesulitan menelan sering menjadi tanda awal infeksi virus ini. Anak-anak mungkin menunjukkan penolakan terhadap makanan dan minuman karena rasa sakit di mulut.
Gejala yang paling mencolok adalah munculnya luka berwarna putih atau kuning di bagian belakang langit-langit, tonsil, serta bagian belakang tenggorokan. Luka ini biasanya berbentuk luka kecil berukuran 1-3 mm yang disertai dengan bercak merah di sekitarnya. Luka-luka ini dapat menyebabkan rasa sakit yang cukup mengganggu, terutama saat berbicara atau menelan. Kadang-kadang, luka juga dapat muncul di bagian lidah dan bagian dalam pipi.
Selain luka di mulut, penderita herpangina sering mengalami gejala lain seperti sakit kepala, nyeri otot, dan kehilangan nafsu makan. Beberapa kasus juga disertai mual dan muntah, serta pembengkakan kelenjar getah bening di leher. Pada anak-anak, gejala ini sering disertai dengan rewel dan penurunan aktivitas sehari-hari. Gejala biasanya berlangsung selama 3-7 hari, tetapi luka di mulut dapat bertahan lebih lama.
Pada kasus yang lebih ringan, gejala mungkin tidak terlalu terlihat dan penderita hanya merasakan ketidaknyamanan di tenggorokan. Namun, pada kasus yang parah, demam tinggi dan luka yang menyebar dapat menyebabkan dehidrasi akibat sulit menelan. Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala ini sejak dini agar penanganan bisa dilakukan secepatnya.
Secara umum, gejala herpangina bisa mirip dengan penyakit lain seperti sakit tenggorokan akibat bakteri atau virus lain. Oleh karena itu, diagnosis yang tepat sangat penting agar pengobatan yang diberikan sesuai dan efektif.
Faktor Risiko yang Meningkatkan Penularan Herpangina
Faktor risiko utama yang meningkatkan penularan herpangina adalah kontak langsung dengan penderita yang sedang aktif mengalami gejala. Virus ini sangat mudah menyebar melalui droplet saat penderita batuk atau bersin, serta melalui kontak langsung dengan cairan luka di mulut. Oleh karena itu, lingkungan yang padat dan kurang menjaga kebersihan menjadi faktor utama penyebaran.
Anak-anak usia sekolah dan taman kanak-kanak termasuk kelompok yang paling rentan karena mereka sering berinteraksi secara dekat dan cenderung kurang memperhatikan kebersihan diri. Penggunaan alat makan bersama, berbagi mainan, dan kebiasaan menggigit atau memegang benda asing di mulut juga meningkatkan risiko penularan. Selain itu, lingkungan yang tidak bersih dan sanitasi yang buruk dapat mempercepat penyebaran virus.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah sistem kekebalan tubuh yang sedang menurun, seperti pada anak-anak yang sakit atau memiliki penyakit kronis. Keadaan ini membuat tubuh mereka lebih rentan terhadap infeksi virus, termasuk herpangina. Selain itu, faktor musim juga berpengaruh, karena virus cenderung lebih aktif selama musim panas dan musim hujan, saat kelembaban dan suhu mendukung pertumbuhan virus.
Kebersihan pribadi yang kurang, seperti tidak mencuci tangan secara rutin, juga menjadi faktor risiko penting. Anak-anak yang sering bermain di lingkungan yang kotor atau tidak higienis memiliki peluang lebih besar tertular. Oleh karena itu, pengelolaan lingkungan dan kebiasaan hidup bersih sangat berperan dalam mengurangi risiko penularan herpangina.
Mengurangi kontak dengan penderita aktif dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya kebersihan dapat membantu mencegah penyebaran virus ini. Upaya pencegahan yang dilakukan secara konsisten akan memberikan perlindungan lebih baik, terutama di tempat-tempat umum dan lingkungan anak-anak.
Cara Diagnosa Herpangina oleh Tenaga Medis Profesional
Diagnosa herpangina dilakukan oleh tenaga medis berdasarkan pengamatan klinis dan riwayat kesehatan pasien. Pada pemeriksaan fisik, dokter akan memeriksa mulut dan tenggorokan untuk mencari luka khas berwarna putih atau kuning di bagian belakang langit-langit, tonsil, dan bagian belakang tenggorokan. Luka ini biasanya disertai dengan kemerahan dan pembengkakan di sekitar area tersebut.
Selain pemeriksaan visual, dokter akan menanyakan riwayat kontak dengan penderita lain yang sedang mengalami gejala serupa, serta riwayat perjalanan dan kebiasaan hidup pasien. Pemeriksaan suhu tubuh juga dilakukan untuk memastikan adanya demam tinggi yang sering menyertai herpangina. Pada anak-anak, dokter juga akan memeriksa kelenjar getah bening di leher dan melihat tanda-tanda dehidrasi jika ada.
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin mengambil sampel dari luka di mulut atau feses untuk dilakukan tes laboratorium. Tes ini bertujuan untuk mengidentifikasi virus penyebab, seperti virus Coxsackie, melalui kultur virus atau pemeriksaan PCR. Meskipun tidak selalu diperlukan, tes ini membantu memastikan diagnosis dan membedakan herpangina dari penyakit lain yang gejalanya serupa.
Penting untuk diingat bahwa diagnosis herpangina tidak hanya didasarkan pada pemeriksaan klinis semata, karena gejala yang muncul bisa mirip dengan penyakit lain seperti herpes oral atau stomatitis. Oleh karena itu, tenaga medis akan melakukan penilaian menyeluruh dan mungkin merekomendasikan pemeriksaan penunjang jika diperlukan. Penggunaan diagnosis yang tepat sangat penting agar pengobatan yang diberikan efektif dan sesuai.
Secara umum, diagnosis herpangina bersifat klinis dan didukung oleh gejala serta temuan fisik, sehingga penanganan dapat segera dilakukan untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah komplikasi.
Perbedaan Herpangina dan Penyakit Mulut Lainnya
Herpangina sering kali disamakan dengan penyakit lain yang menyebabkan luka di mulut, namun keduanya memiliki perbedaan mendasar. Salah satu penyakit yang kerap disamakan adalah herpes oral, yang disebabkan oleh virus herpes simpleks. Herpes oral biasanya menyebabkan luka berkelompok berisi cairan yang muncul di bibir, gusi, dan bagian dalam mulut, serta cenderung berlangsung lebih lama dan sering disertai rasa nyeri yang hebat.
Stomatitis aphthosa atau sariawan adalah kondisi lain yang memiliki gejala luka di mulut. Namun, sariawan umumnya muncul sebagai luka kecil berwarna putih dengan lingkaran merah di sekitarnya dan biasanya tidak disertai demam tinggi. Luka