Penyakit obstruktif tidur atau yang lebih dikenal dengan
istilah Sleep Apnea Obstruktif (SAO) merupakan kondisi medis yang mengakibatkan gangguan pernapasan saat tidur. Penderita kondisi ini akan mengalami henti napas sementara yang bisa berlangsung beberapa detik hingga menit. Sering kali, kondisi ini tidak disadari oleh penderitanya, karena terjadinya saat mereka tidur. Artikel ini akan membahas lebih jauh mengenai penyebab, gejala, dampak, serta cara penanganan dari penyakit obstruktif tidur.
Apa Itu Penyakit Obstruktif Tidur?
Obstruktif tidur adalah salah satu jenis gangguan tidur yang terjadi akibat terhambatnya jalan napas bagian atas. Hal ini mengakibatkan aliran udara terhenti beberapa kali selama tidur. Gangguan ini tidak hanya menurunkan kualitas tidur, tetapi juga dapat berdampak serius pada kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Proses Terjadinya Obstruktif Tidur
Pada individu yang mengalami penyakit obstruktif tidur, otot-otot di tenggorokan menjadi sangat rileks saat tidur, sehingga menyebabkan penyempitan jalan napas. Proses ini menghalangi aliran udara, yang bisa mengurangi kadar oksigen dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh akan terbangun sejenak untuk memulai pernapasan kembali. Kejadian ini dapat terjadi ratusan kali dalam semalam tanpa disadari oleh penderita.
Kondisi ini bisa bersifat sementara atau bertahan lama, tergantung pada tingkat keparahannya. Tidur yang terganggu secara terus-menerus akan mengakibatkan rasa lelah yang berlebih pada siang hari dan meningkatkan risiko dari berbagai penyakit lainnya.
Gejala dan Dampak dari Penyakit Obstruktif Tidur
Penyakit obstruktif tidur sering kali tidak diketahui karena gejalanya muncul saat penderita tidur. Namun, terdapat beberapa tanda yang dapat dikenali oleh pasangan tidur atau keluarga penderita.
Gejala Utama Obstruktif Tidur
Beberapa gejala umum dari penyakit obstruktif tidur adalah:
Mendengkur keras: Penderita biasanya mendengkur dengan keras saat tidur, terutama saat mengalami penyumbatan jalan napas.
Henti napas sementara: Pasangan tidur mungkin akan menyadari penderita terhenti napas selama beberapa detik atau menit, sebelum terbangun dengan terengah-engah.
Terbangun dengan mulut kering atau sakit tenggorokan: Karena gangguan pernapasan yang terjadi selama tidur, penderita sering kali terbangun dengan mulut kering atau rasa sakit pada tenggorokan.
Sering terbangun pada malam hari: Penderita cenderung bangun beberapa kali sepanjang malam akibat gangguan pernapasan.
Kelelahan berlebihan: Meskipun tidur dalam waktu yang lama, penderita kerap merasa tidak segar atau terjaga di pagi hari.
Dampak Jangka Panjang
Jika tidak ditangani dengan baik, penyakit obstruktif tidur dapat memberikan dampak negatif pada kesehatan. Beberapa dampak jangka panjang yang bisa muncul adalah:
Hipertensi (tekanan darah tinggi): Gangguan pernapasan yang terus-menerus dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Penyakit jantung: Risiko terkena penyakit jantung, seperti serangan jantung atau gagal jantung, meningkat pada penderita SAO.
Diabetes tipe 2: Gangguan tidur yang berkepanjangan dapat mempengaruhi metabolisme tubuh, meningkatkan risiko diabetes.
Stroke: Obstruktif tidur dapat memengaruhi aliran darah ke otak, sehingga meningkatkan risiko stroke.
Kecelakaan akibat kantuk berlebihan: Kelelahan ekstrem bisa menyebabkan konsentrasi terganggu, sehingga menambah risiko kecelakaan saat mengemudi atau beraktivitas.
Penanganan dan Pengobatan Penyakit Obstruktif Tidur
Pengobatan penyakit obstruktif tidur sangat penting untuk mencegah komplikasi kesehatan yang lebih serius. Terdapat berbagai cara untuk mengelola kondisi ini, mulai dari perubahan gaya hidup hingga penggunaan alat medis.
Perubahan Gaya Hidup
Beberapa perubahan gaya hidup dapat membantu mengurangi gejala penyakit obstruktif tidur, antara lain:
Menurunkan berat badan: Obesitas adalah salah satu faktor risiko utama untuk gangguan tidur. Mengurangi berat badan dapat membantu mengurangi tekanan pada saluran pernapasan.
Menghindari alkohol dan obat penenang: Zat-zat ini dapat memperburuk kondisi karena dapat mengendurkan otot tenggorokan dan memperburuk sumbatan saluran napas.
Tidur miring: Tidur dengan posisi telentang dapat memperburuk gejala. Tidur miring bisa membantu mencegah penyumbatan jalan napas.
Penggunaan Alat Medis
CPAP (Continuous Positive Airway Pressure): Alat ini mengalirkan udara bertekanan melalui masker yang digunakan di hidung atau mulut, sehingga menjaga saluran napas tetap terbuka selama tidur.
Bantalan tidur: Dalam beberapa kondisi, dokter mungkin merekomendasikan penggunaan alat penopang tidur untuk membantu mempertahankan posisi tubuh yang tepat saat tidur.
Perawatan Medis Lainnya
Dalam situasi yang lebih serius, prosedur bedah mungkin diperlukan untuk menghilangkan sumbatan saluran napas. Ini bisa termasuk pengangkatan amandel atau perbaikan struktur tenggorokan melalui pembedahan.