Ulcerative Colitis: Memahami Penyakit Kolitis Ulseratif

Kolitis ulseratif adalah suatu kondisi inflamasi kronis yang

memengaruhi usus besar dan rektum. Penyakit ini termasuk dalam kategori penyakit radang usus, yang juga mencakup penyakit Crohn. Kolitis ulseratif menyebabkan peradangan yang berkelanjutan dan luka terbuka pada lapisan dalam usus besar, yang bisa menimbulkan berbagai gejala. Artikel ini akan membahas pengertian, gejala, penyebab, diagnosis, serta pengelolaan kolitis ulseratif.

Apa Itu Kolitis Ulseratif?

Kolitis ulseratif adalah penyakit inflamasi kronis yang memengaruhi lapisan dalam usus besar dan rektum. Kondisi ini menyebabkan peradangan yang mengarah pada luka terbuka atau ulserasi pada dinding usus. Pada tahap awal, peradangan terbatas pada rektum, tetapi seiring berjalannya waktu dapat meluas ke bagian lain dari usus besar. Penyakit ini ditandai dengan periode perburukan gejala dan periode remisi, di mana gejala-gejala penyakitnya mereda. Penyakit ini lebih umum terjadi pada orang dewasa muda dan dapat berkembang secara perlahan, namun jika tidak ditangani secara tepat, kolitis ulseratif dapat menimbulkan komplikasi serius, termasuk kerusakan usus besar dan peningkatan risiko kanker usus.

Gejala Kolitis Ulseratif

Gejala kolitis ulseratif dapat bervariasi antara individu, tergantung pada sejauh mana perkembangan penyakit ini dan area usus yang terkena. Beberapa gejala yang paling umum meliputi:

Diare Darah

Salah satu gejala utama kolitis ulseratif adalah diare yang disertai darah. Ini terjadi akibat peradangan dan ulserasi pada lapisan usus besar yang menyebabkan adanya pendarahan. Diare darah bisa berkisar dari ringan hingga berat, tergantung pada tingkat keparahan peradangan.

Nyeri Perut dan Kram

Penderita kolitis ulseratif sering mengalami nyeri perut atau kram, yang biasanya muncul setelah makan. Rasa sakit ini bisa berupa kram atau ketidaknyamanan di perut bagian bawah.

Penurunan Berat Badan

Karena gangguan dalam pencernaan dan penyerapan nutrisi, penderita kolitis ulseratif dapat mengalami penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan. Peradangan juga dapat berkontribusi pada berkurangnya nafsu makan.

Kelelahan

Kelelahan yang berat adalah gejala lain yang sering dialami oleh penderita kolitis ulseratif. Peradangan yang berkepanjangan dapat memengaruhi kondisi tubuh dan menyebabkan kelelahan kronis.

Demam dan Anemia

Beberapa individu dengan kolitis ulseratif dapat mengalami demam ringan hingga sedang, biasanya terjadi selama periode perburukan. Selain itu, penderita juga berisiko mengalami anemia, yaitu kekurangan sel darah merah sebagai akibat dari perdarahan yang terus-menerus dari usus.

Gejala Ekstraintestinal

Penyakit ini tidak hanya mempengaruhi usus, tetapi juga dapat memicu gejala di luar saluran pencernaan. Beberapa gejala ekstraintestinal termasuk peradangan pada kulit, mata, atau sendi, serta peningkatan risiko pembentukan batu ginjal atau batu empedu.

Penyebab dan Faktor Risiko Kolitis Ulseratif

Penyebab pasti kolitis ulseratif belum sepenuhnya diketahui, tetapi faktor genetik dan lingkungan dianggap berkontribusi penting terhadap perkembangannya.

Faktor Genetik

Faktor genetik memiliki pengaruh signifikan terhadap perkembangan kolitis ulseratif. Individu yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit radang usus memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan kondisi ini. Beberapa gen yang berkaitan dengan fungsi sistem kekebalan tubuh juga dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit ini.

Sistem Kekebalan Tubuh yang Terganggu

Kolitis ulseratif adalah gangguan autoimun, yang berarti bahwa sistem kekebalan tubuh keliru menyerang jaringan sehat di saluran pencernaan. Dalam situasi kolitis ulseratif, sistem kekebalan tubuh memicu peradangan berlebihan di usus besar, sehingga menyebabkan kerusakan dan ulserasi.
Lingkungan dan Faktor Lainnya
Faktor lingkungan seperti pola makan, infeksi, dan stres juga dapat memicu munculnya gejala pada individu yang rentan. Meski belum sepenuhnya dipahami, beberapa penelitian menunjukkan bahwa diet tinggi lemak atau konsumsi makanan olahan dapat mempengaruhi perkembangan penyakit ini.
Diagnosis Kolitis Ulseratif
Diagnosis kolitis ulseratif umumnya melibatkan beberapa langkah, termasuk pemeriksaan fisik, tes darah, dan prosedur pencitraan. Langkah-langkah umum untuk mendiagnosis penyakit ini meliputi:
Tes Darah
Tes darah dilakukan untuk memeriksa adanya indikator peradangan, anemia, atau gangguan lainnya yang terkait dengan kolitis ulseratif. Penderita sering menunjukkan kadar sel darah putih yang tinggi, yang menunjukkan adanya peradangan.
Kolonoskopi
Kolonoskopi adalah prosedur yang digunakan untuk memeriksa bagian dalam usus besar dengan menggunakan tabung panjang yang dilengkapi kamera. Prosedur ini memungkinkan dokter untuk melihat kerusakan, peradangan, dan ulserasi pada lapisan usus.
Pemeriksaan Pencitraan
Tes pencitraan seperti CT scan atau MRI dapat digunakan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang tingkat keparahan penyakit dan untuk mendeteksi komplikasi lain, seperti perforasi usus.
Pengelolaan dan Pengobatan Kolitis Ulseratif
Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan kolitis ulseratif, namun kondisi ini dapat dikelola dengan pengobatan yang tepat. Beberapa opsi pengobatan untuk kolitis ulseratif meliputi:
Pengobatan Anti-Peradangan
Obat-obatan seperti aminosalisilat (misalnya sulfasalazine) sering digunakan untuk mengurangi peradangan pada usus. Obat ini dapat membantu meredakan gejala dan memperpanjang periode remisi.
Imunosupresan
Imunosupresan digunakan untuk menekan sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif. Obat-obatan ini dapat membantu mengurangi peradangan kronis pada usus.
Pengobatan Biologis
Obat biologis adalah terapi yang lebih baru yang dapat membantu mengontrol peradangan dalam tubuh dengan menargetkan bagian tertentu dari sistem kekebalan tubuh. Obat ini sering digunakan pada pasien yang tidak merespons pengobatan lain.
Operasi
Dalam beberapa kasus yang parah, tindakan pembedahan mungkin diperlukan untuk mengangkat bagian usus besar yang rusak atau bahkan seluruh usus besar. Prosedur ini disebut kolektomi dan dapat memberikan pengobatan jangka panjang bagi beberapa pasien.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *